Tukang Bentor Saya dan Rencana Tuhan

Tukang Bentor Saya dan Rencana Tuhan


Waktu itu saya kembali dari kampung halaman menuju kota daeng demi menuntut ilmu kembali, saya ingat kepulangan saya waktu itu ke kampung karena sakit yang lumayan parah sehingga dirawat di rumah.

Saya tinggal di kota palopo yang berjarak kurang lebih 300 km, sehingga perjalanannya biasa menggunakan bis dengan waktu tempuh 8 jam an.

Saya berangkat sekitar jam 10 malam dari palopo kemudian sampai di makassar jam 5 subuh. Bayangkan jam 5 subuh belum ada kendaraan untuk ke kos. Bisnya berhenti di depan telkom jalan ap pettarani.

saya kemudian turun dan mengambil dus berisi persediaan dari kampung. Disitu saya melihat sebuah taksi, karena berpikir kalau jarak dengan kos yeng terletak di jalan mamoa lumayan jauh maka saya berpikir untuk naik taxi tersebut lalu kemudian mulai melangkah menuju taxi tersebut. 

Eh, tanpa saya sangka ada penumpang yang langsung naik taxi itu dan pergi, kesialan saya belum berakhir ternyata itu satu-satunya taxi yang ada.

Jam masih menunjukkan pukul 5 subuh langit pun masih gelap, saya mulai berpikir untuk jalan kaki saja siapa tau nanti dpat ojek atau bentor.

Saya kemudian berjalan menuju lampu merah yang ada di pertigaan pettarani dan alauddin (kayaknya tidak pantas di blang lampu merah deh, soalnya lampunya gak pernah merah warnanya kuning terus lalu kedip-kedip, kayaknya rusak dan sampai tulisan ini saya ketik pun belum dperbaiki :D)

Setelah saya berjalan sekitar 20 meter saya melihat sebuah bentor yang terparkir (satu-satunya), dari belakang saya tdak melihat abang tukang bentornya, lalu saya berjalan mendekati bentor tersebut dan melihat ke kursi penumpangnya, eh ada tukang bentornya dan ternyata sedang tidur.

Saya berpikir untuk membangunkannya mengingat juga sekarang sudah mau pagi dan saya butuh tumpangan ke kos. Yup dan saya bangunkan lah tukang bentor itu.

"pak bentor pak"

Dia kemudian tersentak dan bangun dengan wajah masih ngantuk

"ke mamoa berapa pak?"
"lima belas ribu!"
"sepuluh ribu mi pak"
"aih 15 mi dek"

(karena saya lagi butuh tumpangan dan jarak kos masih jauh yah terpaka saya ambil)

"ok pale pak"

Saya pun naik ke bentor itu dan bentornya pun jalan. Di tengah jalan tukang bentor bertanya ke saya.
"jam berapa sekarang?"

saya kemudian melihat jam dan meunjukkan jam 5.30 

"jam setengah enam pak"
"astaga dari sore ka ketiduran, kecapekan ka habis bantu kerja tetanggaku tadi" kata pak bentor itu

haha, saya rasanya ingin tertawa mendengar ceritanya, bayangkan beliau tidur dari sore hingga subuh dan gak bangun-bangun. Temannya jahat juga tuh tidak membangunkannya, pantas saja rasanya aneh ada seorang tukang bentor tidur sendirian di pinggir jalan.

Saya kemudian sampai di kos dan membayarnya

"uang pas ji ini?"
"iye pak"
"terima kasih de"
"sama-sama pak". jawabku

Beliau kemudian pergi dan saya masuk ke kos.

Sejenak tidak ada yang aneh dengan kisahku ini, tapi ternyata disinilah rencana Tuhan bekerja pada hambanya. Seorang tukang bentor dapat menikmati tidurnya dengan pulas karena kelelahan meskipun tidak mendapat rejeki di malam hari, tapi begitu terbangun dari tidur eh langsung dapat rejeki 15 ribu
tukang bentor mana yang baru bangun langsung dapat rejeki?? hehe

Lalu, ada seorang pemuda yang baru kembali dari kampung di subuh hari yang mendapatkan satu-satunya bentor ketika kembali ke makassar tanpa harus bersusah payah berjalan kaki dan menenteng kiriman dari kampung. Gak semua perantau bisa sespesial itu loh hehe.

Intinya : Tuhan selalu punya jalan untuk hambanya.
Dari : pengalaman pribadi penulis

0 Response to "Tukang Bentor Saya dan Rencana Tuhan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel